PENGERTIAN HIPOTESIS
Hipotesis atau hipotesa adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya.[1]
Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis
menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut.[2] Dalam
upaya pembuktian hipotesis, penelitidapat
saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.[2] Kesengajaan
ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis
yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]
Contoh:
Apabila terlihat awan
hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan
(menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa
(karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila
ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar.
Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun
hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari
bahasa Yunani: hypo =
di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang
ditegakkan, kepastian.[3]
Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang
mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3]Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna di dalamnya.[3]
Ketika berfikir untuk
sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan,
perkiraan, dugaan, dan sebagainya.[3] Hipotesis
juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang
mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.[3] Proposisi
inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian,
salah satu di antaranya, yaitu penelitian
sosial.[4]
Proses pembentukan
hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu.[3] Hal
demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang
dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga,
dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang
langsung dapat diuji.[4]
KARAKTERISTIK HIPOTESIS
Satu hipotesis dapat
diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.[2] Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.[2] Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika
hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,
melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]
Untuk dapat
memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]
1.
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun
untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah
yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang
benar dan secara operasional. Aturan untuk,
menguji satu hipotesis secara empiris adalah
harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam
hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat
diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu
variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan
preferensi subyektivitas tidak
memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus
ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang
tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan
hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang
menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit
yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa
X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat
positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atauunit analisis yang
jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara
variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan
antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang
diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
JENIS-JENIS HIPOTESIS
1.
Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis
nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan
hipotesis, yang diuji adalah
ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Ex: “tidak ada hubungan antara
warna baju dengan kecerdasan mahasiswa”.
2.
Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis
Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1
tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.
Jenis-jenis
Hipotesis :
1. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
Dibagi
menjadi dua bagian yaitu (1) hipotesis nihil yang biasa disingkat dengan Ho (2)
hipotesis alternatif biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha.
Hipotesis
nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya atau pengaruh
antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis
alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh
antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis
alternatif ada dua macam, yaitu directional Hypotheses dan non directional
Hypotheses (Fraenkel and Wallen, 1990:42 ; Suharsimi Arikunto, 1989:57).
Hipotesis
terarah adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, dimana peneliti sudah
merumuskan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independen memang sudah
diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependen. Misalnya: Siswa yang diajar
dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya, dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode curah pendapat.
Hipotesis
tak terarah adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak
belum tegas bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Fraenkel dan Wallen (1990:42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah itu
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang
arah hasil penelitian yang akan dilakukan.
Contoh:
Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah pendapat
terhadap prestasi belajar siswa.
2. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang
akan diuji.
Dilihat
dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang
perbedaan.
Hipotesis
tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara
dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan
antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) hubungan yang
sifatnya sejajar tidak timbal balik, (b) hubungan yang sifatnya sejajar timbal
balik, (c) hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi timbal balik.
a) Hubungan yang sifatnya sejajar tidak
timbal balik, contohnya: Hubungan antara kemampuan fisika dengan kimia.
Nilai
fisika mempunyai hubungan sejajar dengan nilai kimia, tetapi tidak merupakan
sebab akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai
kimia yang tinggi, dan sebaliknya. Keduanya memiliki hubungan mungkin
disebabkan karena faktor lain, mungkin kebiasaan berpikir logik (tentang ke
IPA-an) sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara keduanya.
b) Hubungan yang sifatnya sejajar timbal
balik. Contohnya: Hubungan antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha.
Semakin tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya,
dan sebaliknya.
c) Hubungan yang menunjuk pada sebab-akibat,
tetapi tidak timbal balik. Contohnya hubungan antara waktu PBM, dengan
kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh
terhadap pelajaran yang disampaikan.
Sedangkan
hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini
mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
Contoh
(1): Ada perbedaan pretasi belajar siswa SMA antara yang diajar dengan metode
ceramah + tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian eksperimen).
Contoh
(2): Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang berada di kota dan di
desa (penelitian komparatif).
3. Jenis Hipotesis yang dilihat dari keluasan
atau lingkup variabel yang diuji.
Ditinjau
dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor
dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan
seluruh variabel dan seluruh objek penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah
hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor
(jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh:
Hipotesis Mayor
“Ada
hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMP”.
Contoh:
Hipotesis Minor.
1.
Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
2.
Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
3.
Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP.
Hipotesis
Hipotesis
adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian
tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah
pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah:
dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variable-variabel, dapat diuji,
mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.
Adapun
fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing pikiran peneliti dalam memulai
penelitian, menentukan tahapan atau prosedur penelitian, membantu menetapkan
format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam tesis.
Ada
beberapa tipe hipotesis, yaitu:
1.Hipotesis
nol mengandung arti tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada
hubungan, atau tidak ada perbedaan
2.Hipotesis
alternative adalah pernyataan operasional dari hipotesis penelitian. Bila
hipotesis alternatif berdasarkan teori maka disebut hipotesis deduktif. Tetapi
bila hipotesis alternatif berdasarkan pengamatan disebut hipotesis induktif
3.Hipotesis
non- directional tidak menunjukkan suatu arah. Untuk itu digunakan uji dua
pihak
4.Hipotesis
directional memperlihatkan arah pengaruh atau arah perbedaan.
Contoh
hipotesis nol (Ho) ; Tidak ada perbedaan kreatifitas antara anak yang diberi
keleluasaan dengan anak yang dikekang dalam keluarga.
Contoh
hipotesis alternative (Ha) ; Ada perbedaan kreativitas antara anak yang diberi
keleluasaan dengan anak yang dikekang dalam keluarga atau Kreativitas anak yang
diberi keleluasaan lebih tinggi daripada kreativitas anak yang dikekang
(hubungan positif) ; atau kreativitas anak yang dikekang lebih tinggi daripada
kreativitas anak yang diberi keleluasaan (hubungan negatif).
Pengertian
Hipotesis Dalam Penelitian. Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang
artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesa.
Pengertian
Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali
peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan.
Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui
penelitian yang dilakukan.
Dari
kedua pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu
mungkin benar mungkin salah.
Jenis-jenis
Hipotesa
Menurut
Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesa penelitian pendidikan dapat di golongkan
menjadi dua yaitu :
1.
Hipotesa Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa
kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
2.
Hipotesa Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa
statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat
penulis kemukakan bahwa dalam penelitian
ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).
Contoh
Hipotesa yang diajukan dalam penulisan penelitian.
Hipotesis
Kerja (H1) ” Pembelajaran Matematika dengan
Penerapan Model Sinektiks lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan Model Sinektiks Terhadap Proses Belajar
Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan Persamaan Linear ”.
Hipotesis
Nihil (H0) ” Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Sinektiks tidak
efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan Model
Sinektiks Terhadap Proses Belajar Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan
Persamaan Linear ”.
PENGERTIAN,
JENIS-JENIS HIPOTESIS DAN CIRI-CIRI HIPOTESIS YANG BAIK
Pengertian
Hipotesis Dalam Penelitian. Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang
artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesa.
Pengertian
Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali
peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan.
Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui
penelitian yang dilakukan.
Dari
kedua pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu
mungkin benar mungkin salah.
Jenis-jenis
Hipotesa
Menurut
Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesa penelitian pendidikan dapat di golongkan
menjadi dua yaitu :
1.
Hipotesa Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa
kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
2.
Hipotesa Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa
statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat
penulis kemukakan bahwa dalam penelitian
ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).
Contoh
Hipotesa yang diajukan dalam penulisan penelitian.
Hipotesis
Kerja (H1) ” Pembelajaran Matematika
dengan Penerapan Model Sinektiks lebih
efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan Model Sinektiks Terhadap Proses Belajar
Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan Persamaan Linear ”.
Hipotesis
Nihil (H0) ” Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Sinektiks tidak
efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan Model
Sinektiks Terhadap Proses Belajar Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan
Persamaan Linear ”.
Karakteristik
Hipotesis yang Baik
Sebuah
hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal.
Hal – hal tersebut diantaranya :
1)
Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2)
Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel-variabel-variabel.
3)
Hipotesis harus dapat diuji
4)
Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5)
Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
Berikut
ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
–
Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variable
Hipotesis
harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala
tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang
satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
–
Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis
harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
–
Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan-
Hipotesis
tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus
berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh
karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian
sebelumnya.
–
Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu
hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat
deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam
menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis
tersebut.
MENGUJI
HIPOTESIS
Suatu
hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa
yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi
empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data,
selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau
menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau
membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan
menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat
ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan
memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk
mencari kebenaran.
Hipotesis
Hasil
suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini.
Jawaban
sementara dari suatu penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis
di dalam suatu penelitianr berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga,
atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat
benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.
Kesimpulan
yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji rumusan jawaban
sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir penelitian
ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku
umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan tingkatan
sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis statistik.
Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering disebut
thesis.
Hipotesis
ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan masalah yang
diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang lain dan
membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara berbagai
fakta.
Hipotesis
sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian
diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data.
Secara
garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:
1.
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
2.
Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
4.
Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti (diamati).
Dari
hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara dan
harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari
pelaksanaan penelitian.
Memperoleh
fakta untuk perumusan hipotesis dapat dilakukan antara lain dengan:
1.
Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di
lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta ini
kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian
fakta yang diperoleh.
2.
Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari
sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi
tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
3.
Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya
dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai
generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.
Fakta
adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis.
Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang
ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat
kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi
bukan hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu
hasil serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil
pemikiran yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Bentuk
Rumusan Hipotesis
Pada
hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan
antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Biasanya
hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel penyebapnya
atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau
variabel terpengaruh.
Contoh
sederhana :
Merokok
adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di dalam contoh ini merokok
adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya), sedangkan kanker
paru-paru merupaksn variabel dependen atau akibatnya.
Seperti
telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara atau
jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai
landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai
landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan.
Ciri-ciri
suatu hipotesis antara lain sebagai berikut:
1.
Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
2.
Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti
bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang
sedang atau akan diteliti.
3.
Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat
dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan
sulit mencapai hasil yang objektif
4.
Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar
dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang
akan digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu
teknik tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan
hipotesis yang dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
Jenis-Jenis
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan
bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:
1.
Hipotesis Kerja
Adalah
suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa
yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga disebut
hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya,
jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka
ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh
sederhana:
a.
Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah
tersebut tinggi.
b.
Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian
bayi di daerah tersebul tinggi.
c.
Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat
di negara tersebut rendah pula.
d.
dan lain-lain.
Meskipun
pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal tersebut
bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan hipotesis
kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat memberi
penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan
yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas masih
dapat dibenarkan secara ilmiah.
2.
Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis
Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu
perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang
dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, disebut
hipotesis alternatif.
Contoh
sederhana : hipotesis nol
a.
Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara
penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b.
Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI pada
waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu bayi.
c.
Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang menggunakan air
minum dari sumur.
d.
dan sebagainya.
Contoh-contoh
tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah sama,
misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan status gizi
anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan
“selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka disebut hipotesis nol.
Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada
perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan tampak
apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana
hipotesisnya.
Tetapi
bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah
sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan
hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO :
x = y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x =
> y).
Berdasarkan
isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama,
hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis yang
menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor,
hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari
hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting,
sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah
menguji hipotesis mayornya.
Contoh
tidak sempurna :
Hipotesis
mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit
menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni variabel
penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular). Kita
ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup
penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya.
Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat
menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat
dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya :
a.
Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi
lingkungan
b.
Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
c.
Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d.
dan sebagainya.
COUTESY
BASED FROM:
-
Google images
Tidak ada komentar:
Posting Komentar